Rabu, 24 Maret 2010

HAKIKAT DO’A

Do’a hakikatnya adalah penuntun kita untuk mengubah diri. Hidup kita tidaklah hitam-putih sebagaimana televise zaman dahulu.Ia tidak pula sestatatis laut mati, namaun senantiasa bergerak, penuh dengan tantangan dan kebutuhan. Melalului kedua hal inilah Allah hendak menguji, mana hamba yang tetap dalam fitrah kesucian dan mana yang tidak. Lewat runtutan musibah ini, Allah SWT, hendak membaguskan pribadi kita. Bagusnya pribadi yang berawal dari perubahandiri, perubahan diri inilah yang menjadi esensi dari do’a yang kita panjatkan. Ibn Atha’illah menuturkan dalam kitabnya yang terkenal Al- Hikam.
“Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasa-anmu? Kita banyak meminta dan banyak berharap kepada Allah, tetapi sibuknya meminta kadang membuat kita tak sempat menilai diri sendiri. Padahal kalau kita meminta dan berakibat kita mengubah diri, Allah akan memberikan apa yang kita minta karena sebetulnya do’a itu adalah pengiring agar kita bisa mengubah diri kita.. Jika kita tidak pernah mau mengubah diri kita menjadi lebih baik, tentu ada yang salah dalam permintaan kita”

Memang, kekuatan seseorang dalam mengubah dirinya dapat menjadi salah satu factor kunci kesuksesan memburu pertolongan Allah. Jadi, andaikata saat ini hidup terus-menerus sempit, hidup amburadul, utang tak juga berkurang, keluarga berantakan,musibah tak jua berhenti, masalah silih berganti, tidak henti-hentinya semua persoalan hidup ini, jelas ada yang salah dengan diri kita.Itu semua bukan berarti Allah tidak memperhatikan permohonan hamba-hamba-Nya. Namun amat mungkin, sebabnya ialah karena hamba itu tidak mau membenahi dirinya. Enggan lepas dari kebiasaan-kebiasaan buruknya, merasa sungkan untuk meningkatkan ibadah.
Sesungguhnya Allah SWT, benar-benar akan mengabulkan do’a setiap hamba-Nya sebagaimana termaktup dalam Al-Qur’an Surah Al=Baqarah ayat 186:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia mendo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.”

Jadi, sekali lagi, intropeksi diri!! Lihat kekurangan-kekurangan kita. Lakukan apa yang mesti kita lakukan agar Allah berkenan mengabulkan do’a kita. Kekuatan do’apada dasarnya akan menjadi efektif apabila kita sanggup mengubah diri kita melalui do’a itu. Ibarat tanaman, kekuatan kita untuk mengubah diri adalah bibitnya. Sementara itu, do’a itu sendiri adalah pupuknya. Pupuk akan membuat bibit tumbuh sedemikian pesat, berbuah banyak dengan bunga dan daun yang lebat. Namun, apabila kita terus-menerus menebar pupuk tanpa sedikitpun bibit kita tanam, lantas apa yang akan tumbuh?

IKHLAS

Ternyata, sehebat apapun amal- amal kita tidak akan bermanfaat di hadapan Allah, kecuali amal- amal yang dilakukan dengan ikhlas. Orang yang ikhlas adalah orang yang berbuat sesuatu tanpa berharap mendapatkan apapun, kecuali ingin disukai oleh Allah. Inilah bekal kita didalam berumah tangga. Dalam mengarungi kehidupan ini, kita akan banyak mendapati aneka masalah. Kita pasti akanmenemukan berbagaikesulitan, kesempitan dan kesengsaraan lahir batin, kecuali kalau kita mendapat pertolongan-Nya. Allah tahu persis kebutuhan kita, lebih tahu dari kita sendiri. Dia tahu perspis masalah yang akan menimpa kita, lebih thu daripada kita sendiri. Oleh karena itu Allah menjajikan, “ waman yattaqillaha yaj’allahu makhraja (QS Al-Thalaq 65:2) Rumah tangga yang terus-menerus meningkatkan ketaatannya kepada Allah akan senantiasa dikarunia olehNya jalan keluar atas segala urusan dan masalah yang dihadapinya. Anak-anak membutuhkan biaya, Allah akan mencukupi mereka karena Zat Maha Kaya. Pelacur, perampok,dan orang-orang zalim saja diberi rejeki, bagaimana mungkin anak-anak kita dilalaikanNya. Orang yang hatinya keras, otoriter, dan suka bertindak kasar, apa sulitnya bagi Allah membolak-balikkan setiap hati hingga menjadi bijak, baik, dan berhati lembut. Masalahnya, adalah kita layak mendapatkan jaminanNya ataukah tidak? Kuncinya adalah  bahwa kita yang merasa selalu dekat dengan Allah dan sangat menjaga keikhlasannya dalam beramal, itulah rumahtangga yang layakberolehjaminan pertolongan-Nya. Semakin kita jarang shalat, enggan bersedekah dan menolong orang lain, malas melakukan amal-amal kebaikan, ditambah lagi berhati busuk, semakin letihlahlah didalam mengarungi kehidupan ini. Oleh karena itu kita mersakan kebahagiaan sejati dengan orang-orang yang berhati bersih dan ikhlas.

Sabtu, 20 Maret 2010

KAYA HATI

Kita tidak berbuat banyak disebabkan oleh karena kita terbelenggu oleh kemiskinan. Orang lain memperlakukan kita bukan karena kehebatannya, tapi karena kebododohan dan kemiskinan kita. Miskin harta membuat kita tidak dapat memiliki ilmu yang lebih luas, tempat yang lebih nyaman, dan kesehatan yang memadai. Miskin ilmu membuat kita bagai terbelit dengan ikatan yang sangat kokoh. Miskin pengalaman membuat kita mudah terperdaya dan mudah ditipu. Apalagi miskin iman akan membuat kitamakin nista dan tidak berharga, hidup selalu resah dan gelisah, kehormatan terpuruk, jatuh makin miskin, makin hina, makin sengsara.
Sebaliknya, kaya harta membuat kita mampu menafkahiorang lain, mensejahterakan orang lain. Kaya ilmu membuat kita akn mudah menjalani hidup ini. Dan yang paling penting adalah kayanya bathin kita oleh kekuatan iman. Andaikata kekayaan itu ada pada diri kita niscaya hidup ini jauhakan lebih mudah untuk berbuat kebaikan dan jauh lebih nikmat.Tidak sedikit orang kaya harta jadi nista karena kemiskinan nuraninya. Tidak sedikitorang yang pandai tapi jadi nista karena miskin hatinya. Namun tidak sedikit yang miskin harta tapi mulia karena kaya dengan ilmu dan kekuatan iman. Alangkah beruntungnya jikalau kekayaan itu dihimpunkan Allah pada diri kita.

DENGKI

Orang yang berpenyakit dengki mempunyai ciri "senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang"Bila kita dengki pada seseorang maka sikap yang dimunculkan adalah tidak mau melihat dan berdekatan dengan orang yang kita dengki, selalu bermuka masam, tutur katanya selalu menghina dan menjatuhkan.
Bagi pedengki akan sengsara melihat orang lain sukses. Pendengki yang sudah kronis, akan berupaya mencelakan orang yang dia dengki. Hancurnya umat Islam dikarenakan kedengkian didalamnya.
"Kedengkian itu seperti pencukur Agama"
"Kedengkian itu membakar habis amal perbuatan baik kita, seperti membakar kayu" (Al- Hadits)
Dengki bisa ada dilembaga-lembaga instansi pemerintah, bisa ada dilingkungan sosial, pendidikan, bahkan bisa muncul dalam kepengurusan organisasi - organisasi keagamaan, majlis ta'lim dan masjid, mushola madrasah dll.
Lalu apakah kita mempunyai perasaan-perasaan seperti itu? hanya antum sendiri yang tahu.

Minggu, 14 Maret 2010

SENYUMAN

Dengan senyuman, akan membuat orang lain merasa senang, aman, tenteram, nyaman, dan damai. Senyum memang begitu dahsyat. Ada yang karena senyuman, orang menjadi teriris hatinya. Inilah yang disebut dengan senyuman sinis. Ada pula senyuman yang membuat orang yang melihatnya menjadi mabuk kepayang hingga terjerumus ke lembah maksiat. Inilah senyuman menggoda yang ditebar para lelaki dan wanita penggoda. Senyum sejenis ini tentu akan membawa bencana karena bisa menyebabkan orang melanggar larangan Allah SWT.

Ada juga senyum yang membuat hati kita bergetar melihatnya. Itulah senyum ketabahan dari seorang hamba yang ikhlas menerima ujian Allah SWT. Ada lagi senyum ketegaran. Inilah senyuman dari orang yang tegar dalam menerima ujian, baik itu berupa bencana alam maupun kepahitan hidup. Selain itu, ada juga senyum yang penuh dengan ketulusan. Senyum ini membuat orang yang melihatnya ikut berbahagia
.

Di antara manfaat senyum adalah menambah daya tarik. Orang yang murah senyum kepada sesama akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebab, senyum yang berangkat dari ketulusan hati merupakan sedekah. ''Senyummu terhadap saudaramu adalah kebajikan.'' (HR At-Tirmidzi).

Begitulah dahsyatnya dampak dari sebuah senyuman yang mempunyai banyak
Pernah suatu ketika Rasulullah SAW terlihat berwajah masam ketika seorang pemuda lewat di hadapannya dengan rambut yang acak-acakan. Karena merasa diperhatikan, pemuda itu bertanya-tanya dalam hati.

Apakah gerangan yang membuat Rasulullah SAW bermuka masam padanya? Ternyata, rambutnya yang acak-acakan itulah yang menjadi penyebabnya. Ketika pemuda itu lewat kembali di depan Rasulullah SAW dengan penampilan yang lebih menarik, maka Rasulullah SAW mengembangkan senyumnya. Itulah senyum Rasulullah SAW kepada umatnya. Lalu, sudahkah kita menjadikan senyum sebagai modal utama dalam mendakwahkan Islam di muka bumi ini?

Setiap orang mempunyai bibir. Akan tetapi, tidak setiap orang bisa dan biasa untuk tersenyum. Senyum memiliki dampak yang beragam. Coba bayangkan jika kita melihat teman yang biasanya tersenyum, tetapi kemudian senyum itu tak tampak lagi di bibirnya. Tentu kita akan bertanya-tanya ada apa. Sampai-sampai Rasulullah SAW menegaskan hal tersebut dalam hadisnya.

''Kamu tidak akan pernah bisa menarik simpati orang lain dengan harta benda yang kamu miliki, tetapi kamu bisa menarik simpati orang lain dengan wajah ceria (senyum) dan dengan akhlak yang baik.'' (HR Abu Yu'la dan Al-Baihaqi).