Rabu, 30 September 2009

Hukum mencari-cari rukhsoh-rukhsoh (pendapat yang paling enak) para fuqoha

Oleh : Ibnu Abidin As-Soronji

Sesungguhnya syaithon senantiasa berusaha menggelincirkan manusia dan menyesatkan mereka dari jalan kebenaran dengan wasilah-wasilah yang beranekaragam. Diantara pintu-pintu kejelekan yang telah dibuka oleh syaithon untuk manusia adalah :”Mencari rukhsoh-rukhsoh (pendapat-pendapat yang paling ringan) dari para fuqoha’ dan mengikuti kesalahan-kesalahan mereka”.

Maka dengan cara ini syaithon menipu banyak kaum muslimin yang bodoh. Sehingga hal-hal yang haram dilanggar dan hal-hal yang wajib ditinggalkan karena bergantung kepada pendapat atau rukhsoh yang palsu.

Maka jadilah orang-orang bodoh tersebut menjadikan hawa nafsu mereka sebagai hakim dalam masalah-masalah khilafiyah. Mereka memilih pendapat yang paling mudah dan yang paling enak menurut hawa nafsu mereka tanpa bersandar kepada dalil syar’i, bahkan karena taqlid kepada kesalahan seorang alim yang seandainya orang alim tersebut mengetahui kebenaran maka dia akan meninggalkan pendapatnya (yang salah tersebut) tanpa ragu-ragu.

Selengkapnya

Minggu, 27 September 2009

KESETIAAN ISTERI KEPADA SUAMINYA

Oleh

Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq

Teguh dengan kesetiaan yang jujur merupakan sifat wanita yang paling utama.

Sebuah kisah menyebutkan, bahwasanya Asma’ binti ‘Umais adalah isteri Ja’far bin Abi Thalib, lalu menjadi isteri Abu Bakar sepeninggalnya, kemudian setelah itu dinikahi oleh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Suatu kali kedua puteranya, Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abi Bakar saling membanggakan. Masing-masing mengatakan, “Aku lebih baik dibandingkan dirimu, ayahku lebih baik dibandingkan ayahmu.” Mendengar hal itu, ‘Ali berkata, “Putuskan perkara di antara keduanya, wahai Asma’.” Ia mengatakan, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik dibandingkan Ja’far dan aku tidak melihat pria tua yang lebih baik dibandingkan Abu Bakar.” ‘Ali mengatakan, “Engkau tidak menyisakan untuk kami sedikit pun. Seandainya engkau mengatakan selain yang engkau katakan, niscaya aku murka kepadamu.” Asma’ berkata, “Dari ketiganya, engkaulah yang paling sedikit dari mereka untuk dipilih” [1] Lanjut Baca »

Jumat, 25 September 2009

Selasa, 22 September 2009

Melestarikan Nilai-Nilai Ramadhan

September 22, 2009 oleh alhanifs | Sunting

Setelah Ramadhan kita akhiri, bukan berarti berakhir sudah suasana ketaqwaan kepada Allah swt, tapi justeru tugas berat kita untuk membuktikan keberhasilan ibadah Ramadhan itu dengan peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt, karenanya bulan sesudah Ramadhan adalah Syawwal yang artinya peningkatan. Disinilah letak pentingnya melestarikan nilai-nilai Ibadah Ramadhan.Sekurang-kurangnya, ada lima nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan, paling tidak hingga Ramadhan tahun yang akan datang. Pertama, tidak gampang berbuat dosa. Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita mendapatkan jaminan ampunan dari dosa-dosa yang kita lakukan selama ini, karena itu semestinya setelah melewati ibadah Ramadhan kita tidak gampang lagi melakukan perbuatan yang bisa bernilai dosa, apalagi secara harfiyah Ramadhan artinya membakar, yakni membakar dosa. Kalau dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka bila sudah dibakar, pohon itu tidak mudah tumbuh lagi, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita lakukan lagi Lanjut Baca »

Selamat Idul Fitri 1430H

Baru kali ini aku bisa Online dan menyapa kepada semua ikhwan (PUSTAKA ALHANIF & ALHAIF FAMILY) semua, untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri 1430h kepada semua umat Islam di seluruh dunia yang merayakan kemenangannya. Gema takbir, tahlil dan tahmid berkumandang dimana-mana, di seluruh jagad raya alam semesta ini, bersatu padu dalam irama membesarkan Allah, memuji dan mensucikan-Nya, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat telah Allah anugerahkan, terutama dapat meraih kemenangan di hari yang fitri ini. Mengungkapkan syukur atas hidayah dan inayah Allah yang begitu besar karena telah berhasil mengikuti rentetan ibadah pada bulan Ramadhan sebagai jaminan untuk mendapatkan ganjaran dan ampunan.

Dengan berakhir dan berlalunya bulan Ramadhan dan rangkaian ibadah yang ada di dalamnya; ada dua perasaan yang memuncak dalam jiwa setiap umat; perasaan al-khauf war raja…

Ada perasaan harap dan gembira yang melekat dalam benak kita, senang dan suka cita yang merasuk ke dalam dada, karena setelah selesainya bulan Ramadhan jiwa kita –insya Allah- dikembalikan kepada jati diri yang bersih tanpa noda dan dosa sama seperti saat kita baru dilahirkan dari rahim ibu kita dulu, menjadi fitri (suci) kembali, sebagaimana Rasulullah saw bersabda :

“Sesungguhnya Allah mewajibkan atas kalian puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan qiyam di malam harinya, maka barangsiapa yang berpuasa dan melakukan qiyam karena mengharap ridha dari Allah maka keluarlah dosanya (suci) sebagaimana seperti saat ia baru dilahirkan dari kandungan ibunya”.

Begitu pun ada rasa senang dan gembira karena janji, rahmat, keberkahan, pahala yang berlimpah yang telah disediakan oleh Allah bagi yang berhasil menunaikan ibadah pada bulan Ramadhan, tentunya kita bisa membayangkan dalam diri kita masing-masing saat kita menunaikan ibadah Ramadhan; baik puasanya, qiyamnya, tilawahnya, sedekahnya, dan lain sebagainya.

Adapun kebahagiaan yang paling berharga adalah saat kita berjumpa nanti dengan Allah oleh karena puasa yang telah kita jalankan selama 1 bulan penuh. Fa marhaban yang syahru syiyam, syahru rahmah wal maghfirah, syahru A-Quran wa syahru ni’mah wal barakah.

Namun pada sisi lain kita juga merasa sedih atas berlalunya bulan Ramadhan; sedih karena dengan berlalunya bulan Ramadhan berarti kita akan kembali kepada kehidupan yang biasa, dan kita tidak mengetahui apakah kita akan bersua kembali dengan bulan Ramadhan pada tahun mendatang.

Sedih karena kita khawatir apakah segala amal ibadah kita pada bulan Ramadhan tersebut dapat diterima oleh Allah SWT sehingga kita menjadi orang yang di cap oleh Allah dengan orang yang merugi dan celaka sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw :

“Maka sungguh celaka bagi orang yang diharamkan rahmat Allah di dalam bulan Ramadhan”

Na’udzubillah min dzalik, kita berharap dan memohon kepada yang Maha Kuasa, semoga Allah menerima segala amal ibadah kita, dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta di masukkan ke dalam hamba yang mendapatkan janji-Nya, yaitu surga. Digiring oleh Allah pada golongan hamba-hamba yang masuk ke dalam surge oleh karena puasa dan ibadah kita.Amin

Jumat, 18 September 2009

Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman dan Akhlaq

............. Gelombang dahsyat itu tak lain adalah budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka media massa, terutama televisi, VCD/ CD, HANDPHONE, radio, majalah, tabloid, koran,dan buku-buku yang merusak akhlak.

Dunia Islam seakan menangis menghadapi gelombang dahhsyat itu. Bukan hanya di Indonesia, namun di negara-negara lain pun terlanda gelombang dahsyat yang amat merusak ini.

.......................... Peneliti ini telah mengadakan statistik kumpulan film-film yang ditayangkan untuk anak-anak sedunia, ia mendapatkan bahwa:

  • 29,6% film anak-anak bertemakan seks
  • 27,4% film anak-anak tentang menanggulangi kejahatan
  • 15 % film anak-anak berkisar sekitar percintaan dalam arti syahwat buka-bukaan.

Terdapat pula film-film yang menampilkan kekerasan yang menganjurkan untuk balas dendam, memaksa, dan brutal. selengkapnya......

Kamis, 17 September 2009

Bunga Kehidupan

Masalah, persoalan, pertengkaran, permusuhan adalah bagian dari kehidupan. Namun membiarkannya berlarut-larut akan menjadi nyala api yang membakar semuanya. Bahkan menghanguskan isi bumi. Pernah saya menjumpai seorang ayah dengan sebelas putra yang bisa membesarkan dan mendidiknya menjadi keluarga yang bahagia. Saya tanyakan padanya bagaimana dia bisa melakukan itu semua. Katanya, “Masalah, persoalan, permusuhan adalah guru kearifan, maka hiduplah dengan kearifan. Semuanya masalah, persoalan terasa menjadi bunga kehidupan.” Terlihat wajahnya saya mencium aroma wangi bunga kehidupan yang dihiasi

Mana Yang Terluka

Bismillahirrohmaanirrohiim Manusia hidup memiliki akal, fikiran dan hati, semuanya berfungsi sesuai dengan porsinya masing masing, kebanyakan yang terjadi adalah kita selalu disibukkan oleh akal dan fikiran, dan jarang sekali kita mengenal dan meraba hati ini lebih jauh lagi, padahal ketika kita menghina atau menyinggung seseorang, yang sakit adalah hatinya, bukan tubuhnya, begitupun ketika kita tertekan dengan kesulitan hidup ini, yang tertekan itu hati, bukan tubuh kita, wong kenyataannya tubuh ini sehat sehat saja, tetapi kenapa masih gelisah cemas dan terkadang susah untuk tidur, intinya kita tidak memiliki ketenangan dalam hidup, tapi karena terlalu terfokus pada permasalahan duniawi, kita selalu mencari solusi yang bersifat duniawi saja, seakan akan ada jaminan kalau semua masalah terselesaikan, hidup ini akan menjadi tenang dan nyaman, padahal banyak contoh orang yang memiliki materi yang tidak sedikit, tetap saja tidak memiliki ketenangan, dan tetap saja kecemasan menyelimuti dalam hidupnya, jadi cobalah kita lebih bijak dan bertanya kepada diri masing masing, mana sesungguhnya yang terluka, fisik atau hati ....??? semoga bermanfaat

Ikhlas

Bismillaahirrohmaaanirrohiim Ya Allah, Yang Memiliki Setiap Hati Yang Terluka, yang memiliki setiap hati yang bersedih, yang memiliki setiap hati yang gelisah, Bimbinglah kami Robb, agar kami selalu diberi kekuatan dalam menempuh perjalanan hidup ini dengan ikhlas, Karena kami yakin bahwa ikhlas dapat meringankan suatu perjalanan yang berat, Ikhlas adalah satu kata yang mudah diucapkan tapi memang sulit untuk dilakukan karena ini adalah perkara hati, dan bukan hanya ikhlas, biasanya sesuatu yang berhubungan dengan perkara hati memang butuh penanggulangan lebih extra, sederhanya bagaimana kita bisa ikhlas adalah seberapa jauh kita yakin bahwa apa apa yang ada di tangan kita ini murni semuanya hanya titipan, berat rasanya untuk ikhlas kalau kita masih merasa memiliki sesuatu, dan sesungguhnya rasa memiliki itu juga adalah sebahagian dari sifat nafsu, jadi sekarang tinggal kita belajar bagaimana keyakinan ini agar terus bertambah, bahwa semuanya hanya milik Allah, sahabat, coba renungkanlah inti dari makna kalimat diatas, semoga kita bisa menjalani hidup ini selalu di naungi dengan sikap ikhlas, tapi ingat iklhlas itu adanya dihati bukan di aksi, karena ikhlas dengan pasrah adalah hal yang 180 derajat berbeda dan semoga Allah selalu melapangkan hati kita semua, agar kita tidak terlalu merasa kehilangan dikala apa yang ada di tangan kita itu pergi, insya Allah

Berkaca pada Si Bocah(renungan 1/3 bulan)

--- Pada Sel, 15/9/09, Igit Kurniawan menulis: Suara Merdeka, 14 September 2009 | 15:06 wib Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan. Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda denganberjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut. Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya. Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya. Cuma, ya itu tadi, bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. "Bismillah.. ." ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu "bocah beneran" pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. "Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus, "apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu." Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya? Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinanpada sebelas bulan di luar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal? Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian?" Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. "Ketahuilah, Tuan, kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja. Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri'. Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri'? Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan, kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami? Tuan, sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan,jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan untuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak." Wuahh... entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong. Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat, yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada di atas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar. Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang, entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang. Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Rabu, 16 September 2009

Muhasabah Harian

  1. Apakah anda setiap hari selalu shalat shubuh berjamaah di masjid ? (bagi ikhwan)
  2. Apakah anda selalu menjaga shalat yang 5 waktu berjamaah di masjid ? (bagi ikhwan)
  3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur’an?
selengkapnya .....

Selasa, 15 September 2009

Ukhuwah Islamiyyah

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Al hujarot (qs 49-10) 10. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." al hasyr (59-10) 9. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung

Jumat, 11 September 2009

Anak dan Masa Depan Umat Islam

Anak dan Masa Depan Umat Islam

Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Kalimat ini seringkali kita dengar dan amat lengket di benak kita. Tak ada yang memungkiri ucapan itu, karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekedar ungkapan perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka. Karenanya sudah semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam. selengkapnya....

Rabu, 09 September 2009

Hati Adalah Raja

Ibarat pisau bermata dua: ia bisa menjadi organ tubuh paling taat, atau menjadi yang paling bermaksiat; mendorong pemiliknya untuk mengorbankan jiwa dan raga, atau membujuknya menjadi pecundang; memotivasi kekerasan tanpa belas atau pengabdian tanpa batas. Ialah yang menentukan hitam-putihnya akhlak seseorang. Ia pula yang menjadi barometer “keberesan” seluruh anggota badan. “Jika ia baik maka baiklah seluruh raga. Namun jika buruk, buruk pulalah seluruh raga,” demikian sabda Nabi. Oleh sebab itu, perbaikan dan penjagaan kondisi hati merupakan kebutuhan tak terelakkan. Ditemanin pakar kejiwaan Islam: Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dan Imam Al-Ghazali, anda akan mendapatkan petunjuk pembinaan hati. Bedanya dengan terapi pengobatan hati lainnya -yang kadang mengandung unsur bid’ah dan khurafat atau mengajak pada pola hidup sufistik-, buku ini merujuk pada pondasi dasar syari’at Islam: Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dan, segera raih kondisi hati yang tenang dan tentram dengan bimbingan syari’at Islam.

Senin, 07 September 2009

Petunjuk tentang Qunut Witir Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam

Judul Pelajaran : Penjelasan tentang do'a qunut yang dilakukan dalam sholat Witir, dari perspektif hadits dan perspektif fiqih (Disampaikan oleh Shaykh Muhammad Bin Umar bin Salim Bazmul saat mengajar di Universitas Umm al-Quraa, Saudi Arabia) Pelajaran terbagi menjadi dua bagian utama : Bagian Pertama: Riwayat-riwayat yang diperbincangkan kesahihannya Bagian Kedua : Masalah yang berhubungan dengan do'a qunut yang dilakukan dalam sholat Witir Penyusun mengumpulkan seluruh riwayat yang shahih dari Nabi (Shallallahu 'alaihi wasallam) dan pernyataan para sahabatnya yang berhubungan dengan qunut dalam sholat witir. Kemudian beliau mengumpulkan yang termasuk dalam kategori sahih, agar supaya membedakan antara (riwayat) orang-orang yang tak dapat diterima dan yang bisa diterima, dalam rangka memusatkan pada prinsip dasar dalam pelajaran tersebut yang layak diambil, yang didasarkan semata-mata pada masalah yang berkenaan dengan doa qunut dalam sholat Witir. Beliau juga mengumpulkan dari madzhab fiqih terkenal yang telah yang menjelaskan tentangnya, termasuk madzhab Dhahiriyyah. Penyusun kemudian kembali dan meneliti masalah tersebut satu-persatu, memilah sesuai dengan riwayat yang sahih, menggunakan manhaj para Ulama meneliti,berargumentasi, dan mengambil kesimpulan. Sebagian dari kesimpulan dalam studi (beliau) sebagai berikut: 1. Bahwa doa qunut dalam sholat witir (di bulan Ramadhan, red) diperbolehkan dilakukan semua sepanjang tahun. [Ishaq bin Rahawaih memilih qunut (witir) dilaksanakan sepanjang tahun, simak Mukhtasar Qiyamullail 125, lihat juga kitab at-Tarjih fii Masaailil Thaharah was Shalah oleh DR. Muhammad bin 'Umar Bazmul hal 362-385. Dan kata Ma'mar:"Sesungguhnya aku qunut witir sepanjang tahun kecuali awal Ramadhan sampai dengan pertengahan saya tidak qunut, demikian juga dikalukan oleh Hasan al-Bahsri, ia menyebutkan dari Qatadah dan lainnya. Lihat Mushannaf 'Abdurrazzaq 3/120 dengan sanad yang shahih. Serta Dari Ibrahim an-Nakha'i telah berkata 'Abdullah:"ia tidak pernah qunut Shubuh sepanjang tahun dan ia qunut witir setiap malam sebelum ruku'." Kata Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah:"Ini atsar yang kami pegang. HR Ibnu Abi Syaibah 2/305-306 atau 2/205]". 2. Termasuk sunnah Nabi ( Shallallahu 'alaihi wasallam) yakni kadang-kadang melaksanakannya dan kadang-kadang meninggalkannya. 3. Menyambung (di atas), yakni setiap malam yang telah ditetapkan adalah separuh malam terakhir dari bulan Ramadhan, yakni dimulai dengan malam yang yang keenambelas.[Dari 'Amr dari Hasan, bahwasanya 'Umar radiyallaahu 'anhu menyuruh Ubay radiyallaahu 'anhu mengimami shalat tarawih pd bulan Ramadhan, dan beliau menyuruh Ubay radiyallaahu 'anhu untuk melakukan qunut pada pertengahan Ramadhan mulai malam 16 Ramadhan. HR Ibnu Abi Syaibah 2/205 no.10] 4. Qunut (semestinya) ditinggalkan saat separuh pertama dari bulan Ramadhaan, terlebih jika sholat tersebut dilakukan berjamaah dengan orang-orang, sebab hal ini menyimpang dari Sunnah, dan tidak dikenal luas. 5. Diperbolehkan melakukan doa qunut pada (malam) pertama dan kedua dari separoh bulan Ramadhaan. 6. Do'a qunut dalam witir dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruku', walaupun yang terbaik dilaksanakan sebelum ruku'.[Hadits Ubay bin Ka'ab:"bahwasanya Rasulullah shallallaahu 'alayhi wasallam qunut dalam shalat witir sebelum ruku'. HR Abu Dawud no 1427, Ibnu Majah no 1182, sanad hadits shahih (lihat 'Irwaul Ghalil 1/167 hadits no 426 dan Shahih Sunan Abi Dawud no 1266). Dan sebagaimana hadits Hasan bin Ali radiyallaahu 'anhuma, dan ini riwayat yg shahih dari 'Abdullah bin Mas'ud dan 'Abdullah bin Umar radiyallaahu 'anhuma, bahkan diriwayatkan dari jumhur Sahabat, sebagaimana diriwayatkan Ibrahim al-Qamah:"Sesungguhnya Ibnu Mas'ud dan para Sahabat Nabi shallallaahu 'alayhi wasallam qunut dalam shalat witir sebelum ruku'."Simak Diriwayatkan olsyaieh Ibnu Abi Syaibah 2/302 atau 2/202 no 12, dikatakan oleh al-hafizh dalam "Addirayah" sanadnya hasan. Syaikh Albani berkata sanadnya jayyid menurut syarat Muslim (Irwaa'ul Ghalil 2/166). Juga Syaikh al-Albani rahimahullah berkata : "Boleh juga doa qunut sesudah ruku' dan ditambah dengan melaknat orang2 kafir, lalu shalawat kepada Nabi shallalaahu 'alayhi wasallam dan mendoakan kebaikan untuk kaum muslimin, pada pertengahan Ramadhan, karena ada dalil dari para Shahabat radiyallaahu 'anhuma di zaman Umar radiyallaahu 'anhu. Simak Qiyamu Ramadhan hal.31-32] 7. Termasuk menyimpang dari Sunnah yakni bertakbir (Allahu akbar) sebelum dan sesudah qunut, ketika (memilih) berdoa qunut sebelum ruku'. 8. Termasuk Sunnah adalah bahwa imam mengeraskan suaranya saat berdo'a qunut, dan para jama'ahnya mengucapkan "amiin". 9. Termasuk Sunnah, untuk tidak memanjangkan do'a qunut, dan yang terbaik adalah mencukupkan diri untuk merujuk pada apa yang telah yang diberitakan Nabi (Shallallahu 'alaihi wasallam), sehingga dia hanya diperbolehkan untuk memperpanjang sesuai pernyataan yang telah tetap. 10. Tidak ada ketetapan yang mengharuskan orang-orang untuk berdo'a qunut dengan cara tertentu, tidak bebas melakukan apapun, sebab cara yang terbaik adalah yang telah shahih riwayatnya. 11. Merupakan Sunnah bagi imam orang-orang untuk tidak berdo'a qunut pada separuh pertama bulan Ramadhaan, (akan tetapi) melakukan qunut tersebut pada separuh terakhir, serta memohon (dalam qunut) untuk membinasakan kaum kafir pada doa qunutnya. 12. Diperbolehkan mengangkat tangan pada do'a qunut, atau membiarkan tangan tetap di samping (seperti posisi sebelumnya/tidak mengangkat tangan), atau mengangkat tangan di awal qunut dan menurunkan tangan di akhir qunut, semua cara ini diperbolehkan. 13. Tidak diizinkan untuk menyeka/menyapu wajah dengan tangan setelah qunut. 14. Diperbolehkan mengucapkan shalawat kepada Nabi (Shallallahu 'alaihi wasallam) di (dalam) do'a qunut. 15. Abdullaah ibn Mas’ud dan Ubay ibn Ka’b (semoga Allah meridloi keduanya) yang telah meriwayatkan banyak tentang do'a qunut di (dalam) sholat witir. 16. Sholat yang paling menyerupai sholat witir adalah paling adalah Maghrib, sebab sholat Maghrib adalah witir di sore [/siang] hari. 17. Apa saja yang dikerjakan dalam qunut nazilah (yang dilakukan dalam sholat wajib) juga dapat dikerjakan dalam doa qunut dalam sholat witir. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa sesuatu yang disahkan dalam amalan wajib adalah juga disahkan untuk amalan sunnah, kecuali jika disana ada dalil khusus yang melarangnya. Dan beliau berharap kiranya dapat membantu menghidupkan kembali manhaj Ulama' di (dalam) meneliti, mengumpulkan dalil-dalil, menerimanya dan menolaknya dalil dalam kaitan dengan kesahihannya, dan kemudian membuat kesimpulan yang berdasar padanya. Semoga Allaah mengabulkan doa penyusun, sera memberikan bimbingan, dan keteguhan. [Dari abstrak pelajaran yang disampaikan Syaikh Muhammad Bazmul pada Universitas Umm al-Quraa, Saudi Arabia] Masalah yang keempat: Apakah posisi tangan diangkat dalam do’a qunut ? Berikut hukum yang ditetapkan dalam do’a qunut : 1) Yakni seseorang mengangkat tangannya; [keterangan ust Abu Hamzah Yusuf : Dzahir perkataan Ahlul ilmi (tentang kaifiyat mengangkat tangan) :” bahwasanya kedua tangan digandengkan seperti orang yang sedang memohon, meminta dari orang lain agar memberikannya sesuatu. Adapun dibentangkan dan saling berjauhan antara kedua tangan , maka aku tidak mengetahui ada asalnya dalam Sunnah tidak pula dari perkataan ulama” 2) Yakni seseorang membiarkan tangannya berada disampingnya; 3) Yakni seseorang mengangkat tangannya di awal qunut dan menurunkan tangannya di akhir qunut. Dalil (yang berkenaan dengan poin di atas): 1) Nabi (Shallallaahu ‘ alaihi wasallam) menaikkan tangannya yang digunakan untuk berdo’a qunut an-nazilah, yakni memohon (kepada Allah, red) untuk membinasakan kaum (kafir). [Sahihh: Ahmad 3/137, al-Mu'jam as-Saghir, dan al-Baihaqi didalam Dalaa'il an-Nubuwwah dan As-Sunan Al-Kubraa. Lihat juga: Irwaa' Al-Ghalil ( 2/181)]. Dan 'Abdullaah ibn Mas'ud dahulu mengangkat tangannya saat qunut. 2) Az-Zuhri meriwayatkan, mengacu pada perbuatan Shahabat Nabi : "Mereka dahulu tidak menaikkan tangannya dalam Witir di bulan Ramadhan." 3) Az-Zuhri meriwayatkan bahwa Ibn Mas'ud dahulu mengangkat tangannya di(dalam) Witir, dan setelah itu membiarkan tangannya di sampingnya. Musa Abul-'Abbaas Musa ibn John Richardson ('Aziziyyah, Makkah, Saudi Arabia) menyatakan : bahwa tindakan Ibn Mas'ud sesuai disini, sebab beliau adalah sahabat Nabi dan perbuatan ini adalah tauqifi, dibatasi oleh dalil, maka beliau tidak akan melakukan berbagai hal didalam shalat menurut pendapatnya sendiri, melainkan beliau mempelajari hal tersebut dari Nabi (Shallallaahu ‘ alaihi wasallam). Dan Allah Ta’ala mengetahui yang terbaik. Masalah yang keenam: Apakah do’a qunut dan ucapan “Amiin" para makmum/jama’ah dilaksanakan dengan suara keras? [Ringkasan] Mengingat tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa mereka dulu (sahabat) mengucapkan "Amiin" di belakang imam mereka sepanjang qunut witr, maka dapat diambil dalil melihat perbuatan Sahabat pada qunut an-naazilah (do’a untuk memohon perlawanan atas orang-orang (musuh, red) yang dilakukan pada sholat yang wajib), karena ucapan mereka "Amiin" di belakang Imam dalam sholat adalah amalan (yang) dilaksanakan dalam sholat wajib. Hal ini telah tetap dalilnya dilakukan dalam sholat Maghrib, yang mana [sholat Magrib ini merupakan, red] witir yang wajib, dengan begitu diperbolehkan juga untuk melakukannya didalam sholat yang tidak wajib, berdasarkan pada prinsip yang disebutkan dalam kaidah berikut : “... Apa saja yang telah ditetapkan untuk qunut nazilah (yang dilakukan pada sholat yang wajib) adalah juga dapat diamalkan dalam qunut pada sholat witir. Hal ini didukung oleh bahwa amalan apapun yang disyariatkan dalam amalan wajib adalah juga disyariatkan dalam amalan sunnah, kecuali jika disana ada dalil khusus yang melarang hal tersebut. (1) Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits hasan dalam Musnad Ahmad (2746), Abu Dawud (1443), Ibn Khuzaimah (618), al-Haakim (1/225), al-Bayhaqi dalam as-Sunan al-Kubraa (2/200). Dan telah disepakati oleh al-Haakim, Ibn Khuzaimah, dan al-Albaani (Irwaa' al-Ghalil:2/163). [Datang dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu] Dan Allah Ta’ala mengetahui yang terbaik.